Jumat, 09 Oktober 2020

PROSES LAHIRNYA LUKISAN PERCAKAPAN SEMESTA

 


Lukisan Percakapan Semesta Karya Moh. Ghufron Cholid

(dipamerkan di Gedung Kesenian Sampang, 2017

 

Oleh

Moh. Ghufron Cholid


Proses Kreatif sehingga terciptanya lukisan percakapan semesta yang merupakan karya pertama saya, selepas perkenalan saya dengan komunitas perupa sampang, saya lebih sering kumpul dengan perupa bukan dengan penyair.

Percakapan berjalan dengan inten, Chairil Alwan, Sanusi Kaconk, Hendri R Sidik, Achmad Budi Cahyanto, Sathuman, dan Hardyerupakan nama-nama yang pernah saya jumpai.

Berbincang seputar lukisan saya hanya bisa memandang karya temanteman seraya gelenggeleng kepala, terlebih berbicara ragam teknik dan pewarnaan. Nun ada keasyikan tersendiri yang saya rasakan.

Provokasi untuk melukis bermunculan disampaikan pada saya untuk segera melukis, rasanya terlalu egois bila saya hanya sebagai penonton saja, mengingat pelaksanaan pameran bergengsi sudah semakin dekat. Pameran lukisan jejak olle ollang di Dewan Kesenian Sampang yang dimotori oleh Komunitas Perupa Sampang (22-26 April 2017).

Berulang kali saya bermain ke rumah para perupa Sampang untuk mengetahui secara langsung proses pembuatannya, rupanya sayapun tak kunjung berpapasan.

Chairil Alwan adalah sahabat yang paling sering diskusi, sayapun diberikan kanvas untuk segera membuat lukisan, ada perasaan senang sekaligus debar yang tak bisa ditaklukkan, senang karena saya memiliki jalan untuk melukis berdebar kencang karena tak tahu cara melukis. Akhir kata kanvas saya bawa pulang, saya perlihatkan pada istri. Kanvas saya foto, anehnya bukan warna putih yang munculsaat saya foto melainkan buram. Saya diamkan kanvas di kamar, saya pandangi tiap berada di kamar. 

Saya tinggalkan kanvas dalam kamar untuk pulang ke ketapang ngantar istri. Teringin melukis namun saya tak biasa buat sket, lagi pula potlot 2 B saya dipegang murid saya. 

Selepas pulang dari rumah istri, berdiam sejenak di Robatal, berdiam di Kedungdung dan berangkat ke Barisan Sampang menemui Rosi dan Ballah. 

Perjumpaan telah selesai saya pulang ke rumah berniat memulai melukis. Tiba di kamar saya pandangi kanvas dan saya berniat melukis dengan judul Percakapan Semesta. Saya belum menemukan bahan dan alat yang cocok untuk melukis di kanvas. Saya posting foto kanvas di group Komunitas Perupa Sampang dan memberikan judul Percakapan Semesta. Kanvas tetap polos tanpa disentuh oleh bahan dan alat lukis karena memang tidak punya. 

Chairil Alwan mengusulkan judul belum hitam katena kanvasnya memang polos, lalu saya pun menjawab mesti ada sentuhan sebagai bentuk pertanggungjawaban melukis, akhir kata saya menemukan bintik-bintik putih di bagian kanvas, bintik-bintik itulah saya sentuh dan saya pindah ke tengah lalu di bentuk alif. Bekas bintik-bintik kanvas di. pinggir berwajah muram sedang alif di tengah berbinar cahaya padahal dari kanvas yang sama. 

Bentuk pertanggungjawaban melukis telah saya lakukan dengan bahan yang saya temukan sendiri di bagian pinggir kanvas setelah jadi banyak semut yang mengerumuni dan saya sendiri tak tahu bahan apa yang saya sentuhkan ke kanvas. Percakapan Semesta telah mantap saya pilih sebagai judul dan pahala lukisan jika ada yang merasa bahagia saat memandang lukisan ini lalu mengingat kebesaran Allah maka pahalanya saya hadiahkan pada sesepuh Junglorong dan Blega beserta guru-guru. 


Biodata Pelukis

Moh. Ghufron Cholid merupakan nama pena Moh. Gufron, S.Sos.I, lahir di Bangkalan, 7 Januari 1986 M, menulis puisi, cerpen, pantun dan esai. Percakapan Semesta merupakan lukisan pertamanya yang dibuat di Junglorong, 18 April 2017. Berkhidmat di Pondok Pesantren Al-Ittihad Junglorong Komis Kedungdung Sampang Madura. 

 

Moh. Ghufron Cholid

Junglorong, 19 April 2017

 

sumber: http://maduraterdepan.blogspot.com/2017/04/proses-kreatif-lahirnya-lukisan.html

 

JUNGLORONG: MUTIARA YANG TERSEMBUNYI DI BUJUK KA' ENGKOK


Oleh Moh. Ghufron Cholid

Paling tidak, hari Rabu 7 Oktober 2020 bertepatan 19 Shafar 1442 H merupakan hari yang sangat istimewa bagi saya, lantaran saya bisa menghadiri Haul Sayyid Abdurrahiem bin Raden Ronggo (Bujuk Ka' Engkok Seppo) di Tebbenah Banyuates Sampang.
Saya bisa berjumpa dengan berbagai keturunan beliau dari berbagai daerah, baik dari Madura maupun luar Madura, yang tidak kalah istimewanya, dari acara tersebut saya menjadi tahu bahwa ada pertalian nasab antara Masyaikh Junglorong dengan Bujuk Ka' Engkok.
Adapun pertalian nasab tersebut dimulai dari Kiai Hadiun (Montor) bin Bujuk Diun (Montor) yang menikah dengan Nyai Khotimah Sued (Junglorong) bin Sayyid Sued bin Sayyid Abdullah (Bujuk Ambessi, Junglorong).
Berikut silsilah lengkap yang saya peroleh dari acara haul Bujuk Ka' Engkok Tebbenah Banyuates Sampang,
1. Sunan Giri
2. Nyai Ageng Sewo
3. Raden Waringin Pitu
4. Raden Mas Panganten
5. Raden Ronggo (Nepa)
6. Sayyid Abdurrahiem (Bujuk Ka' Engkok Seppo)
7. Sayyid Abdurrahman (Bujuk Ka' Engkok Anom)
8. Bujuk So'on (Banyusokah, Ketapang)
9. Bujuk Ghonem (Tlageh, Banyuates)
10. Bujuk Amir (Montor) dimakamkan di Tebbenah
11. Bujuk Abdul Karim (Montor)
12. Bujuk Diun (Montor)
13. Kiai Hadiun (Montor) + Nyai Khotimah Sued (Junglorong) binti Sayyid Sued bin Sayyid Abdullah
14. Kiai Ismail + Nyai Khotimah binti Kiai Abdul Aziz bin Sayyid Sued bin Sayyid Abdullah
15. Nyai Nursiti + Kiai Sanusi (Prajjan)
16. KH. Mawardi + Nyai Subaidah binti Kiai Hadlori bin Kiai Abdul Aziz bin Sayyid Sued bin Sayyid Abdullah
17. KH. Cholid Mawardi + Nyai Hj Munawwaroh (Blega) binti Kiai Munawwir bin Kiai Ali Bakri bin Sayyid Sued bin Sayyid Abdullah
Di samping itu juga memiliki nasab yang bersambung kepada Sunan Ampel dengan perincian sebagai berikut,
1. Sunan Ampel
2. Raden Tumapel (Sayyid Hamzah)
3. Raden Kulkum (Sayyid Ghozali)
4. Raden Sewo Tanah (Sayyid Abdurrahman)
5. Raden Waringin Pitu (Sayyid Abdullah)
6. Raden Mas Panganten (Sayyid Ja'far Shodiq)
7. Raden Ronggo (Sayyid Muhammad)
8. Syarifah Ayu Ambami sesaudara dengan Bujuk Ka' Engkok Seppo
9. Ratu Ayu Wiranolo + Sayyid Abdurrahman (Bujuk Ka' Engkok Anom)
10. Bujuk So'on (Banyusokah) sesaudara sekaligus besan Bujuk Burhanuddin (Montor)
11. Bujuk Ghonem Lakek + Bujuk Ghonem Binik (Tlageh Banyuates)
12. Bujuk Amir (Montor) dimakamkan di Tebbenah
13. Bujuk Abdul Karim (Montor) + Caca Rattin
14. Bujuk Diun (Montor)
15. Kiai Hadiun (Montor) + Nyai Khotimah Sued (Junglorong)
16. Kiai Ismail + Nyai Khotimah Abdul Aziz (Junglorong)
17. Nyai Nursiti (Junglorong) + Kiai Sanusi (Prajjan)
18. KH. Mawardi + Nyai Subaidah binti Nyai Maisurah (Sesaudara Kiai Munawwir Blega) binti Kiai Ali Bakri (Junglorong) bin Sayyid Sued bin Sayyid Abdullah (Bujuk Ambessi, Junglorong)
19. KH. Cholid Mawardi (Junglorong) + Nyai Hj Munawwaroh (Nyai Maftuhah) binti Kiai Munawwir bin Nyai Shofiyah binti Syarifah Marni binti Syeikh Abu Bakar al-Iraqy
Dalam haul yang dipenuhi berkah, saya menemukan Junglorong dan Mutiara yang Tersembunyi di Bujuk Ka' Engkok. Berdekatan dengan orang shaleh merupakan salah satu wasilah mendekatkan diri kepada Allah.
Bahwa ikut hadir dalam acara haul orang shaleh atau waliyullah merupakan cara lain menjarung berkah dan mengeratkan ikatan bathin. Yang semula tidak kenal menjadi kenal. Lalu berubah menjadi karib sekarib daun dan uratnya. Sekokoh pohon dan akarnya.




Junglorong, 09 Oktober 2020

KH. MUKHTAR SANUSI [JUNGLORONG] KEGEMARAN BERRIYADHAH DAN NASAB KE SUNAN AMPEL

 


Oleh Moh. Ghufron Cholid*

KH. MUKHTAR SANUSI merupakan salah satu putra dari pasangan Kiai Sanusi [Prajjan] dan Nyai Nursiti [Junglorong], saudara dari KH. Mawardi, KH. Abdul Adzim dan Nyai Rofiah ini merupakan terkenal dengan ceramah keagamaannya. Tahukah anda bahwa salah satu Masyaikh Junglorong ini juga memiliki kegemaran dalam berriyadhah. 
Bagi KH. Mukhtar berriyadha di makam waliyullah adalah sesuatu tirakat yang baik namun juga harus tetap menjaga keistiqamahan dalam molang (mengajar para santri). Baginya sama-sama penting merawat riyadhah bathiniah juga riyadhah lahiriyah. 

Adapun silsilah nasab dari KH. Mukhtar ke Sunan Ampel memiliki Empat Jalur yakni
1. Sunan Ampel
2. Sunan Bonang
3. Sayyid Husen (Bujuk Banyusangkah)
4. Sayyid Abdurrahman (Bujuk Bira)
5. Sayyid Syamsuddin (Bujuk Perreng Ngamuk, Ombul Kedungdung)
6. Sayyid Syarifuddin (Bujuk Sarebuh, Bajrehsokah, Kedungdung)
7. Sayyid Abdullah (Bujuk Ambessi)
8. Sayyid Sued
9. Nyai Khotimah Sued + Kiai Hadiun Montor bin Bujuk Diun (Montor) bin Bujuk Abdul Karim  (Montor) bin Bujuk Amir (Montor) bin Bujuk Ghonem (Tlageh, Banyuates) bin Bujuk So'on (Banyusokah, Ketapang) bin Sayyid Abdurrahman (Bujuk Ka' Engkok Anom, Tebbenah Banyuates) bin Sayyid Abdurrahiem (Bujuk Ka' Engkok Seppo) bin Raden Ronggo (Nepa) bin Raden Mas Peganten bin Raden Waringin Pitu bin Raden Sewo Tanah bin Raden Kulkum bin Raden Tumapel bin Sunan Ampel 
10. Kiai Ismail + Nyai Khotimah bin Kiai Abdul Aziz bin Sayyid Sued bin Sayyid Syarifuddin bin Sayyid Syamsuddin bin Sayyid Abdurrahman bin Sayyid Husen bin Sunan Bonang bin Sunan Ampel
11. Nyai Nursiti + Kiai Sanusi (Prajjan) bin Kiai Sulaiman bin Nyai Rahmah bin Kiai Masajid bin Kiai Abdul Kamal bin Sayyid Abdul Allam (Prajjan) bin Nyai Tepi Selase bin Nyai Kumala binti Sunan Cendana bin Sayyid Moh. Khotib bin Sunan Derajat bin Sunan Ampel
12. KH. Mukhtar menikah dengan istri pertamanya bernama Nyai Muqimah diberkahi keturunan 
1. KH. Mahrus Mukhtar menikah dengan Nyai Hj Marwah Aly Zahrawi diberkahi keturunan a) Lora H. Dhoifi menikah dengan Fatimatuzzahra b) Luthfiyah Mahrus + KH. Rahmatullah c) Affan Mahrus + Nurul Ilmiyah Muzanni d) Moh. Yasin Mahrus. 
2. Maftuhah Mukhtar + KH. Suaidi Asy'ari dikarunia keturunan a) Dzurriyah + KH. Mukhlis (Malakah Meteng) b) Ali Husnan + Nur Afifah Muzanni c) A Rofik + Muarrofah Fawaid d) Siti Mughirorah + Lora Umar Faruq e) Faiqatul Bariroh + Fathurrahman Amin Jakfar f) Khoiriyah 
3. KH. Muzanni Mukhtar menikah dengan Nyai Hj Noer Hayati dikarunia keturunan a) Nor Afifah + Ali Husnan b) Nurul Ilmiyah + Affan Mahrus c) Masrurorah d) Moh. Khoiron
4. Nyai Hj Halimah (Kinaah) Mukhtar menikah dengan KH. Fawaid Mawardi diberkahi keturunan
5. KH, Noer Cholis Mukhtar + Nyai Musyarrofah Khozin diberkahi keturunan a) Muhammad Iqbal b) Subhan Noer Cholis c) Dania 
Sementara pernikahan KH. Mukhtar Sanusi dengan Nyai Hj Aminah diberkahi dua putra dan satu putri yakni Lora Latif (wafat ketika kecil) b) Fadol Mukhtar + Ida Zubaida Noer Hasan Abdul Adzim c) Nyai Raudoh + Kiai Sakur (Omben)

Junglorong, 10 Oktober 2020
*Bergiat di LESBUMI KEDUNGDUNG, alumni TMI AL-AMIEN PRENDUAN (2006) bermukim di Junglorong Komis Kedungdung Sampang Madura. 

BIOGRAFI SINGKAT KH. MAWARDI [JUNGLORONG] DAN SILSILAHNYA KE BUJUK KA' ENGKOK TEBBENAH

 


Oleh Moh. Ghufron Cholid

KH. MAWARDI merupakan salah satu Masyaikh dari sekian Masyaikh yang ada di Junglorong. Tahukah anda, bahwa ulama kharismatik yang satu ini juga memiliki jalur nasab ke Bujuk Ka' Engkok Tebbenah Banyuates Sampang. Jalur nasab tersebut diperoleh dari ibunya yang bernama Nyai Nursiti [Junglorong]. Dengan perincian sebagai berikut

KH. MAWARDI bin Nyai Nursiti bin Kiai Ismail bin Kiai Hadiun [Montor] bin Bujuk Diun [Montor] bin Bujuk Abdul Karim [Montor] bin Bujuk Amir [Montor] bin Bujuk Ghonem [Tlageh, Banyuates] bin Bujuk So'on [Banyusokah, Ketapang] bin Sayyid Abdurrahman [Bujuk Ka' Engkok Anom, Tebbenah] bin Sayyid Abdurrahiem [Ka' Engkok Seppo, Tebbenah] bin Raden Ronggo [Nepa] bin Raden Mas Paganten [Pamekasan], bin Mas Waringin Pitu bin Nyai Ageng Sewo bin Sunan Giri.

 Atau KH. MAWARDI [JUNGLORONG] bin Nyai Nursiti bin Kiai Ismail bin Kiai Hadiun [Montor] bin Bujuk Diun [Montor] bin Bujuk Abdul Karim [Montor] bin Bujuk Amir [Montor] bin Bujuk Ghonem [Tlageh, Banyuates] bin Bujuk So'on [Banyusokah, Ketapang] bin Sayyid Abdurrahman [Bujuk Ka' Engkok Anom, Tebbenah] bin Sayyid Abdurrahiem [Ka' Engkok Seppo, Tebbenah] bin Raden Ronggo [Nepa] bin Raden Mas Paganten [Pamekasan], bin Mas Waringin Pitu bin Raden Sewo Tanah bin Raden Kulkum bin Raden Tumapel bin Sunan Ampel.

Paling tidak antara Sayyid Abdurrahman [Ka' Engkok Anom] dengan istrinya masih ada ikatan nasab sebab Ratu Ayu Wironolo masih keturunan dari Syarifah Ambami [Arosbaya] yang merupakan saudara dari Sayyid Abdurrahiem [Ka' Engkok Seppo]sama-sama keturunan dari Raden Ronggo. 

KH. MAWARDI sendiri bersaudara dengan KH. Mukhtar Sanusi [Junglorong], KH, Abdul Adzim [Junglorong] dan Nyai Rofiah [Nangger, Ketapang]. KH. MAWARDI sendiri menikah dua kali. Pernikahan dengan istri pertamanya yang bernama Nyai Subaidah [Blega] bin Kiai Hadlori bin Kiai Abdul Aziz bin Sayyid Sued bin Sayyid Abdullah [Bujuk Ambessi, Junglorong] memiliki keturunan 

1. Nyai Hamidah Mawardi menikah dengan KH. Mustain memiliki keturunan a) Nyai Nurhasanah + KH. Noer Hasan Abdul Adzim, b) Nyai Nurhayati menikah dengan KH, Muzanni Mukhtar, c) Nyai Asmawati menikah dengan KH. Abdul Karim Aly Zahrawi, d) KH, Rahmatullah menikah dengan Nyai Luthfiyah Mahrus, e) Nyai Noer Izzati menikah dengan Iwan, f) Nyai Muniroh, g) Kiai Abdurrahiem menikah dengan Nyai Rizqon Auliya, h) Nyai Nurus Sholehah menikah dengan Lora Shofiyullah Jailani. 

2. Lora Hasyim (wafat ketika muda), 

3. KH. Cholid Mawardi menikah dengan Nyai Hj Munawwaroh memiliki keturunan a) Halimatus Sya'diyah (wafat ketika kecil), b) Moh. Ghufron Cholid menikah dengan Farrohah Ulfa (Paopale Daya) diberkahi krturunan (Ashlihatul Millah (wafat ketika kecil) dan Nailun Najah), c) Ahmad bin Cholid (wafat ketika kecil), d) M. Farhan Cholid, S.Pd.I menikah dengan Noer Faizah Fawaid, e) Ali Fahmi Cholid, M.Pd.I menikah dengan Neng Ifroh (Jember), f) Ulfatun Ni'mah Cholid, g) Asror Cholid (wafat ketika kecil), h) Ahwar bin Cholid (wafat ketika kecil).  

4. KH. Fawaid Mawardi menikah dengan Nyai Hj Halimah Mukhtar memiliki keturunan a) Fatimatuzzahra menikah dengan Lora H Dhoifi, b) Noer Faizah Fawaid menikah dengan Farhan Cholid, c) Muarrofah menikah dengan A Rofiq Suaidi, d) Zulfa Azizah 

5. KH. Fathurrozi Mawardi menikah dengan Nyai Hj Fauziyah (Prajjan) memiliki keturunan KH. Kholilurrahman menikah dengan Nyai Gunung Paraoh Omben, b) Sofyan Assyauri, c) Rizqan Auliya menikah dengan Kiai Abdurrahiem Mustain d) Lora Abbas 

Sementara pernikah KH. MAWARDI dengan istri keduanya yang bernama Nyai Hj Zainiyah (Junglorong) memiliki 2 keturunan yakni

1, Nyai Hj Intan Mawaddan (Mutmainnah) menikah dengan KH. Badrus Sholeh (Jrengoan)

2. Nyai Khomisatul Badriyah

Semasa hidup KH. Mawardi dikenal sebagai seorang ulama kharismatik yang tegas dalam istilah Maduranya disebut tatak. Dalam mengaji Surat Fatihah para santri-santrinya tidak semudah membalikkan telapak tangan, bisa hitungan bulan bisa juga hitungan tahun. Paling sulit mengaji suratul fatihah kepada KH. Mawardi demikian yang sempat dituturkan santri kuna almarhum KH. Mawardi


Makam Bujuk Amir (Montor) berada di daerah Tebbenah, 
Tepatnya sebelah timur congkok Bujuk Ka' Engkok



Sewaktu ziarah ke Sayyid Abdurrahiem bin Raden Ronggo
(Bujuk Ka' Engkok, Tebbenah)


Depan Congkop Bujuk Ka' Engkok
Tebbenah, 07 Oktober 2020


Raden Ronggo
(Ayah dari Sayyid Abdurrahiem, Bujuk Ka' Engkok)
Nepa, 07 Oktober 2020 selepas Isyak

Junglorong, 10 Oktober 2020

*Alumni TMI Al-Amien Prenduan juga seorang Pengurus LESBUMI KEDUNGDUNG yang sangat menyukai dunia sastra juga ziarah.  



Kamis, 08 Oktober 2020

BUJUK KA' ENGKOK TEBBENAH DAN PERTALIAN NASAB DENGAN MASYAIKH PLANGGEREN BLEGA BANGKALAN

 Mengetahui nasab itu penting, paling tidak sebagai jalan untuk bersyukur, biar ketika mengirimkan fatihah bisa menyebutkan nama yang akan dihadiahi fatihah secara pasti dan sebagai upaya meneladani keistiqomahan dalam bertaqarrub kepada Allah. Moh. Ghufron Cholid

Oleh Moh. Ghufron Cholid

Dalam kesempatan yang telah lalu, saya telah membahas tentang Bujuk Ka' Engkok dan Pertalian Nasab dengan Masyaikh Junglorong. Dalam kesempatan kali ini, saya juga akan membahas Bujuk Ka' Engkok Tebbenah dan Pertalian Nasab dengan Masyaikh Planggeren Blega. 

Adapun pertalian silsilahnya sebagai berikut:

1. Sunan Giri

2. Nyai Ageng Sewo

3. Sayyid Abdullah (Waringin Pitu)

4. Mas Panganten (Pamekasan)

5. Raden Ronggo di Nepa

6. Sayyid Abdurrahiem (Bujuk Ka' Engkok Seppo)

7. Sayyid Abdurrahman (Bujuk Ka' Engkok Anom)

8. Bujuk Burhanuddin (Montor)

9. Sayyid Abdurrahman Sloros

10. Kiai Fathullah

11. Kiai Imam Djuwaini (Planggeren) + Nyai Karimah binti Kiai Hadlori bin Kiai Abdul Aziz bin Sayyid Sued bin Sayyid Abdullah (Bujuk Ambessi, Junglorong)

12. Kiai Musaddad (Planggeren, Blega)

13. Ibrohim Musaddad



(Ibrohim Musaddad didampingi Moh. Ghufron Cholid (Junglorong) sewaktu ziarah ke Bujuk Ka' Engkok Tebbenah)




Selepas shalat isyak, sewaktu ziarah ke Raden Ronggo (Nepa), ayah dari Bujuk Ka' Engkok (Tebbenah Banyuates Sampang)


Sefamilian dari jalur Bujuk Burhanuddin (Montor) diabadikan di Mushalla Bindereh Mukhlis (Montor) pada hari Rabu, 7 Oktober 2020

Sementara Silsilah Bujuk Ka' Engkok ke Sunan Ampel sebagai berikut

1. Sunan Ampel

2. Raden Tumapel (Sayyid Hamzah)

3. Raden Kulkum (Sayyid Ghozali)

4. Raden Sewo Tanah (Sayyid Abdurrahman)

5. Raden Waringin Pitu (Sayyid Abdullah)

6. Raden Mas Panganten (Sayyid Ja'far Shodiq)

7. Raden Ronggo (Sayyid Muhammad)

8. Syarifah Ayu Ambami sesaudara dengan Bujuk Ka' Engkok Seppo

9. Ratu Ayu Wiranolo + Sayyid Abdurrahman (Bujuk Ka' Engkok Anom)

10. Bujuk Burhanuddin (Montor)

11. Sayyid Abdurrahman Sloros

12. Kiai Fathullah

13. Kiai Imam Djuwaini (Planggeren) + Nyai Karimah binti Kiai Hadlori bin Kiai Abdul Aziz bin Sayyid Sued bin Sayyid Abdullah (Bujuk Ambessi, Junglorong)

14. Kiai Musaddad (Planggeren, Blega)

15. Ibrohim Musaddad


Demikian catatan ini dibuat sebagai pengingat juga sebagai renungan, semoga percik berkah dan karomah Allah yang diberikan kepada Bujuk Ka' Engkok (Sayyid Abdurrahiem bin Raden Ronggo) mengalir kepada kita semua, Amien ya Rabbal 'Alamien. 


Junglorong, 8 Oktober 2020

*Alumni TMI AL-AMIEN PRENDUAN (2006), Pengurus LESBUMI KEDUNGDUNG yang juga menyukai dunia sastra. Bermukim di Junglorong Komis Kedungdung Sampang Madura.




BUJUK KA' ENGKOK TEBBENAH DAN PERTALIAN NASAB DENGAN MASYAIKH JUNGLORONG


Foto Dokumentasi Depan Congkop Bujuk Ka' Engkok

               Oleh Moh. Ghufron Cholid*

Rabu, 7 Oktober 2020 merupakan perjalanan istimewa bagi saya, lantaran Allah memberi kesempatan kepada saya untuk mengikuti haul Bujuk Ka' Engkok yang berlokasi di Tebbenah.

Saya terus dikejar pertanyaan, siapakah bujuk Ka' Engkok sebenarnya dan adakah pertalian nasab Masyaikh Junglorong ke bujuk yang saya hadiri acara haulnya.

Berulang kali saya mencari jawaban dan saya lancarkan pandangan ke segenap sisi untuk menjawab rasa penasaran saya. 


Silsilah yang terpampang di dinding Bujuk Ka' Engkok.

Saya mulai menemukan jawaban atas rasa penasaran saya bahwa ada pertalian nasab antara Masyaikh Junglorong dengan Bujuk Ka' Engkok (Tebbenah, Banyuates Sampang) yakni

1. Sunan Giri + Nyai Murtasiyah binti Sunan Ampel

2. Nyai Ageng Sewo

3. Sayyid Abdullah (Waringin Pitu)

4. Mas Panganten (Pamekasan)

5. Raden Ronggo di Nepa

6. Sayyid Abdurrahiem (Bujuk Ka' Engkok Seppo)

7. Sayyid Abdurrahman (Bujuk Ka' Engkok Anom)

8. Bujuk So'on (Banyusokah) & Bujuk Burhanuddin (Montor)

9. Bujuk Ghonem (Tlageh, Banyuates)

10. Bujuk Amir (Montor) dimakamkan di Tebbenah

11. Bujuk Abdul Karim (Montor)

12. Bujuk Diun (Montor)

13. Kiai Hadiun (Montor) + Nyai Khotimah binti Sayyid Sued bin Sayyid Abdullah (Bujuk Ambessi, Junglorong)

14. Kiai Ismail + Nyai Khotimah binti Kiai Abdul Aziz bin Sayyid Sued bin Sayyid Abdullah

15. Nyai Nursiti (Junglorong) + Kiai Sanusi (Prajjan) bin Kiai Sulaiman bin Nyai Rahmah binti Kiai Masajid bin Kiai Abdul Kamal bin Sayyid Abdul Allam (Prajjan)

16. KH. Mawardi (Pimpinan dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ittihad Junglorong) sesaudara dengan KH. Mukhtar, KH. Abdul Adzim dan Nyai Rofiah (Nangger, Ketapang)

17. KH. Cholid Mawardi (Pendiri Lembaga Assanusi Torjunan Robatal Sampang sesaudara dengan Kiai Hasyim Mawardi (wafat ketika muda), Nyai Hamidah Mawardi, KH. Fawaid Mawardi dan Fathurrozi Mawardi (Keturunan KH. Mawardi dan Nyai Subaidah (istri pertama). Sesaudara dengan Nyai Hj Intan Mawaddah (Nyai Mutmainnah) & Nyai Khomisatul Badriyah ( Keturunan KH. Mawardi dan Nyai Hj Zainiyah (istri kedua))

18. Moh. Ghufron Cholid sesaudara dengan Halimatus Sa'diyah (wafat ketika kecil), Ahmad bin Cholid (wafat ketika kecil), M. Farhan Cholid, S.Pd.I, Ali Fahmi Cholid, M.Pd, Ulfatun Ni'mah Cholid, S.Pd.I

19. Ashlihatul Millah (wafat ketika bayi) & Nailun Najah

Atau 

1. Sunan Ampel

2. Raden Tumapel (Sayyid Hamzah)

3. Raden Kulkum (Sayyid Ghozali)

4. Raden Sewo Tanah (Sayyid Abdurrahman)

5. Raden Waringin Pitu (Sayyid Abdullah)

6. Raden Mas Panganten (Sayyid Ja'far Shodiq)

7. Raden Ronggo (Sayyid Muhammad)

8. Syarifah Ayu Ambami sesaudara dengan Bujuk Ka' Engkok Seppo

9. Ratu Ayu Wiranolo + Sayyid Abdurrahman (Bujuk Ka' Engkok Anom)

10. Bujuk So'on (Banyusokah) sesaudara sekaligus besan Bujuk Burhanuddin (Montor)

11. Bujuk Ghonem Lakek + Bujuk Ghonem Binik (Tlageh Banyuates)

12. Bujuk Amir (Montor) dimakamkan di Tebbenah

13. Bujuk Abdul Karim (Montor) + Caca Rattin

14. Bujuk Diun (Montor)

15. Kiai Hadiun (Montor) + Nyai Khotimah binti Sayyid Sued bin Sayyid Abdullah (Bujuk Ambessi, Junglorong)

16. Kiai Ismail + Nyai Khotimah binti Abdul Aziz bin Sayyid Sued bin Sayyid Abdullah  (Bujuk Ambessi, Junglorong)

17. Nyai Nursiti (Junglorong) + Kiai Sanusi (Prajjan) bin Kiai Sulaiman bin Nyai Rahmah binti Kiai Masajid bin Kiai Abdul Kamal bin Sayyid Abdul Allam (Prajjan) bin Nyai Tepi Selase binti Nyai Kumala binti Sunan Cendana bin Nyai Gede Kedaton binti Panembahan Kulon bin Sunan Giri

18. KH. Mawardi + Nyai Subaidah binti Nyai Maisurah (Sesaudara Kiai Munawwir Blega) binti Kiai Ali Bakri (Junglorong) bin Sayyid Sued bin Sayyid Abdullah (Bujuk Ambessi, Junglorong)

19. KH. Cholid Mawardi (Junglorong) + Nyai Hj Munawwaroh (Nyai Maftuhah) binti Kiai Munawwir bin Nyai Shofiyah binti Syarifah Marni binti Syeikh Abu Bakar al-Iraqy



                  (Bujuk Amir (Montor) dimakamkan di Tebbenah Banyuates Sampang)

                                      
Asta Sayyid Abdurrahiem bin Raden Ronggo (Bujuk Ka' Engkok, Tebbenah Banyuates Sampang)
                              Nama-nama Bujuk yang ada di Madura yang sudah diziarahi 

HAKEKATNYA, Masyaikh Junglorong memiliki pertalian nasab ke Bujuk Ka' Engkok bisa lewat dua jalur yakni lewat Jalur Bujuk So'on [Banyusokah] dan Bujuk Burhanuddin {Montor} sebab di samping bersaudara juga satu besan yang sama-sama menurunkan Bujuk Ghonem Lakek dan Bujuk Ghonem Binik. Jika mengacu pada data ini

  

Demikian catatan yang bisa saya sajikan, semoga bermanfaat dan bisa menjadi referensi bagi siapa saja yang ingin mengarsipkan lalu mengembangkan catatan ini. Selebihnya wallahu'alam Bisshowab sebab sejatinya kebenaran hanya milik Allah. 

Junglorong, 8 Oktober 2020
 *Alumni TMI Al-Amien Prenduan (2006)& Pengurus LESBUMI KEDUNGDUNG bermukim di Pondok Pesantren Al-Ittihad Junglorong Komis Kedungdung Sampang Madura.

Selasa, 06 Oktober 2020

SAYYID ABDUL ALLAM (BUJUK PRAJJAN) DAN PERTALIAN NASAB DENGAN MASYAIKH JUNGLORONG

 


                                               Sayyid Abdul Allam (Bujuk Prajjan)

                Oleh Moh. Ghufron Cholid


Sayyid Abdul Allam (Bujuk Prajjan) merupakan murid dari Raden Qabul (Aji Gunung). Sayyid Abdul Allam juga merupakan salah satu sesepuh dari Masyaikh Junglorong yang memangku Pondok Pesantren Al-Ittihad Junglorong. 

Paling tidak, Sayyid Abdul Allam memiliki tiga jalur nasab ke Sunan Giri yakni:

1. Sayyid Abdul Allam bin Nyai Tepi Selase binti Nyai Kumala binti Sunan Cendana bin Nyai Gede Kedaton binti Panembahan Kulon bin Sunan Giri.

2. Sayyid Abdul Allam bin Nyai Tepi Selase binti Kiai Abdullah bin Sayyid Khotib Pesapen bin Sayyid Khotib Mantoh bin Panembahan Kulon bin Sunan Giri.

3. Sayyid Abdul Allam bin Nyai Tepi Selase binti Nyai Kumala binti Istri Sunan Cendana bin Pangeran Bukabuh bin Nyai Gede Kentil binti Panembahan Kulon bin Sunan Giri.

Sementara talian nasab Masyaikh Junglorong ke Sayyid Abdul Allam

1. KH. Mawardi (Pimpinan dan Pengasuh Al-Ittihad Junglorong) bin Kiai Sanusi bin Kiai Sulaiman bin Nyai Rahmah binti Kiai Masajid bin Kiai Abdul Kamal bin Sayyid Abdul Allam. 

2. KH. Mawardi (Pimpinan dan Pengasuh Al-Ittihad Junglorong) bin Kiai Sanusi bin Nyai Ummu Khomsyien binti Nyai Ratnady binti Kiai Safina bin Nyai Temor Songai binti Kiai Abdul Kamal bin Sayyid Abdul Allam. 

3. 1. KH. Mawardi (Pimpinan dan Pengasuh Al-Ittihad Junglorong) bin Kiai Sanusi binti Nyai Ummu Khomsyien binti Kiai Qashim bin Kiai Rumajak bin Kiai Abdul Kamal bin Sayyid Abdul Allam. 

  
                    

Generasi Muda Junglorong (PMJ) menziarahi makam sesepuhnya yakni Sayyid Abdul Allam

Sangat penting mengetahui nasab namun lebih penting lagi beristiqamah meneruskan perjuangan leluhur. Paling tidak dengan mengetahui jalur nasab mengirimkan fatihah kepada leluhur lebih jelas dengan menyebutkan nama-namanya. Semoga dengan begitu berkah Allah yang diturunkan lewat para waliyullah bisa dengan mudah kecipratan perciknya.



Junglorong, 6 Oktober 2020

Jumat, 13 Maret 2020

MENYOAL KATA TERBAIK YANG MELEKAT DALAM BUKU KAU PERGI HIMPUNAN PUISI TERBAIK L.K. ARA


Oleh Moh. Ghufron Cholid

Temu Sastra Indonesia Malaysia di Bandung merupakan pertemuan pertama saya dengan buku L.K. Ara berjudul Kau Pergi Himpunan Puisi Terbaik yang dikata pengantari oleh Narudin Pituin.

Sebagai buku yang dijudul dilebeli terbaik, tentu bisa diberi beberapa kemungkinan, berarti selama menulis puisi L.K. Ara maka buku inilah adalah puisi terbaiknya, bagi saya sah-sah saja, pelebelan terbaik itu sebagai upaya menjadi pusat penasaran kita sebagai pembaca.

Ada yang mesti dipertaruhkan ketika kita melebelkan karya dengan kata terbaik, yakni harus jauh dari ketidak sempurnaan, baik dalam penyajian maupun dalam pemberian judul pada puisi-puisi yang ada dalam buku.

Memanglah benar ada kata-kata yang barangkali tak asing untuk didengar di telinga kita yakni apalah arti sebuah nama namun kita pun tak boleh mengabaikan atau pura-pura lupa bahwa penamaan adalah sangat penting sebab dari sebuah nama sesuatu bisa cepat dikenal.

Marilah kita mulai mengintimi puisi yang ada dalam buku ini yang isinya begini, cahaya merebak ke laut/dan laut malu tapi bahagia/dan kau tentu tahu aku di mana/memang tak nampak/karena wajahku tertutup ombak/tapi suara desir itu/adalah nyanyian pedih (hal, 20).

Barangkali sebagai sebuah karya, isinya bisa kita rasakan kehadirannya, kalau diletakkan dalam status facebook akan menjadi sangat lumrah, namun jika dimasukkan dalam buku yang dilebeli terbaik, tentu bisa dikatakan sangat berlebihan sebab terbaik memiliki makna paling dan sesuatu yang di dalamnya terdapat kekurangan tidak bisa dikatakan terbaik.

Namun saya menyaari tiap orang atau pembaca pastilah memiliki pandangan yang berbeda dan saya menyadari perbedaan adalah hikmah, amun di sini lain saya juga seorang pembaca yang berhak menyatakan ataupun mengungkap apa yang saa rasakan tentang kejanggalan yang saya temukan, paling tidak dari sudut pandang saya selaku pembaca.

Saya pun takkan mempersoalkan siapa yang lebih dulu melebelkan terbaik dalam buku itu, apakah penyairnya sendiri ataupun Narudin karena melebelkan kata terbaik dalam sebuah karya tentulah memiliki pandangan yang bisa dipertanggung jawabkan, namun jangan lupa dari suatu sudut pandang yang baik menurut kita belum tentu baik menurut orang lain, tersebab orang lain melihat suatu sudut yabg barangkali terluput dari pandangan kita, jendati kita telah mengintimi lebih akrab dan cermat.

Berikut saya hadirkan pandangan Narudin atas puisi karya L.K. Ara yang berada dalam buku yang dihadirkan tanpa judul, Narudin berkata, "Judul tak dibutuhkan lagi ketika perasaan telah demikian pekat. Bukankah kegelapan (kepekatan) tak diperlukan ketika matahari dini hari hendak terbit? bukankah cahaya dan kegelapan takkan berada dalam satu wadah? salah satu harus mau tak mau pasrah pada nasib untuk diusir?"

Pertanyaannya adalah bagaimana kita dapat mengenal sesuatu hanya mempercayakan pada perasaan saja, tanpa mengenal nama atau memberi nama. Barangkali jika berkaitan dengan hal individu bisa dimaklumi namun bagaimana cara memecahkan persoalan tersebut dengan khalayak.

Allah saja sebagai Tuhan Yang Maha Esa memperkenalkan namaNya terlebih kita hambaNya, sebab nama itu memegang peranan vital, tanpa nama seseorang belum bisa mengenal dengan baik. Manusia diangkat menjadi khalifah di bumi karena salah satunya manusia mampu memperkenalkan nama-nama (baca surat al-baqarah tentang penunjukan manusia sebagai khalifah).

Atau coba baca surat al-ikhlas yang menegaskan bahwa Tuhan itu satu. Bahwa Tuhan itu tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dengan kata lain semakin kita bisa hadirkan sebuah nama dengan segala kevitalannya untuk menjelaskan peran vitalnya.

Atau bahasa yang lebih sederhana jika kita ingin tahu rumah seseorang namun kita lupa nama orangnya atau alamatnya betapa kita takkan pernah menemukan. Atau jika kita kaitkan dengan zaman kekinian, zaman yang serba teknologi jika kita tidak menyematkan alamat atau nama secara benar di internet maka tentulah yang kita cari takkan pernah kita temui.

PENTINGNYA SEBUAH NAMA ATAU JUDUL

Sebagai manusia kita terkadang cendrung diburu penasaran jika kita ingin mengenal secara intim, misalkan kita hendak mencari sekolahan ternama yang telah menghasilkan murid-murid atau para mahasiswa yang membanggakan namun kita tak tahu namanya, atau yang kita tanya tak tahu namanya maka yang kita rasakan hanyalah ketersesatan.

Pernahkah kita ingin tahu sebuah nama atau sebuah alamat yang ingin kita ketahui secara tepat dan akurat, lalu kita mencari di sebuh internet maka ianyapun akan memperhatikan ejaan huruf yang ada dengan benar terlebih hanya berdasarkan terkaan yang didapat hanyalah kekecewaan.

Memberikan alasan demi alasan, hanya mengandalkan rabaan hati untuk mengetahui  segala yang kita rasakan untuk diketahui khalayak hanyalah tindakan konyol. Pengenalan kita tentulah berbeda dengan kita dan apa yang kita harapkan akan sangat sulit untuk sama dengan sudut pandang orang lain.

Bagi saya pemuatan kata terbaik dalam judul biku adalah terlalu terburu-buru kalau tidaknya disebut sangat konyol karen adanya pemuatan puisi tampa judul.

Terlepas dari itu semua, bagaimanapun buku ini telah lahir, saya ucapkan selamat menjadi saksi mata dan selamat mengapresiasi buku ini dari sudut pandang berbeda. Barangkali bisa dipertimbangkan lagi jika hendak menerbitkan biku di masa mendatang utamanya jika hendak menyematkan kata terbaik di judul buku.

Bandung, 21 September 2015