Senin, 14 Januari 2019

MENGENAL IBNU RUSYD LEBIH DEKAT MELALUI RIWAYAT SINGKAT DAN KARYA-KARYANYA




Oleh Moh. Ghufron Cholid

A. RIWAYAT SINGKAT IBNU RUSYD
Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad adalah nama lengkap dari Ibnu Rusyd yang lahir di Cordoba pada 520 H/1126 M dan wafat di Maroko pada 1198 M. Di dunia Barat, ia dikenal dengan nama Averroes. Ia adalah seorang dokter, ahli hukum, dan tokoh filsuf yang paling popular pada periode perkembagan filsafat Islam (700-1200). Di samping sebagai seorang paling otoritatif sebagai komentator atas karya-karya filsuf Yunani, Aristoteles, Ibnu Rusyd juga seorang filsuf Muslim yag paling menonjol dalam usahanya mencari persesuaian antara filsafat dan syariat. Dia berasal dari keluarga yang memiliki perhatian sangat besar terhadap ilmu pengetahuan. Ayah dan kakeknya pernah menjadi kepala pengadilan di Andalusia. Ia sendiri pernah menduduki beberapa jabatan, antara lain sebagai qadhi (hakim) di Sevilla dan sebagai qadhi al-qudhat (hakim agung) di Cordoba. Di samping itu, ia juga sangat aktif dalam kegiatan politik dan sosial.

B. KARYA-KARYA IBNU RUSYD
Setiap orang adalah cerita dan harus meninggalkan cerita yang baik bagi hgenerasi setelahnya, mungkin kalimat di atas cukup mengilhami kita mengapa kita harus meninggalkan suatu cerita yang baik dan hal ini pun berhasil diekspresikan oleh Ibnu Rusyd dalam perjalanan hidupnya.
Beliau telah berhasil meninggalkan suatu peninggalan yang sangat berharga bagi kita semua khususnya pecinta ilmu dan karya-krya peninggalannya.
Antara karya besar yang pernah dihasilkan oleh Ibnu Rusyd termasuklah "Kulliyah fit-Thibb" yang mengandungi 16 jilid, mengenai pengobatan secara umum, Mabadil Falsafah (Pengantar Ilmu Falsafah), Tafsir Urjuza yang membicarakan peruobatan dan tauhid, Taslul, buku mengenai ilmu kalam, Kasyful Adillah, yang mengungkap persoalan falsafah dan agama, Tahafatul Tahafut, ulasannya terhadap buku Imam Al-Ghazali yang berjudul Tahafatul Falaisafah, dan Muwafaqatil Hikmah Wal Syari'a yang menyentuh persamaan antara falsafah dengan agama.
Buku "Kulliyah fit-Thibb" telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada tahun 1255 oleh Bonacosa, orang Yahudi dari Padua.
Kemudian buku itu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris dengan judul General Rules of Medicine. Hasil pemikiran yang dimuatkan dalam tulisannya, terutamanya dalam bidang falsafah, telah mempengaruhi ahli falsafah Barat. Dua orang ahli falsafah Eropa, yaitu Voltaire dan Rousseau dikatakan bukan sekadar terpengaruh oleh falsafah Ibnu Rusyd, tetapi memperolehi ilham daripada pembacaan karyanya.
Ibnu Rusyd juga telah menulis sebuah buku mengenai musik yang diberi judul "De Anima Aristoteles" (Commentary on the Aristotle's De Animo). Hasil karyanya ini membuktikan betapa Ibnu Rusyd begitu terpengaruh dan tertarik oleh ilmu logika yang dikemukakan oleh ahli filsafat Yunani, Aristotle.
Karya lainnya seperti Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid (Kitab permulaan bagi mujtahid dan akhir makna/maksud); Kitab Fashl al Maqal fii ma Baina Syariah wa al Hilmah min al Ittisal, (menguraikan adanya keselarasan antara agama dan akal karena keduanya adalah pemberian Tuhan); Al Kasyf 'an Manahij al Adillah fi 'Aqaid al Millah (menyingkap masalah metodologi dan dalil-dalil kaum filsuf dalam keyakinan beragama).
Buku terpentingnya dalam bidang fikih adalah Bidayatul Mujtahid. Sampai sekarang buku tersebut banyak digunakan di perguruan tinggi (Islam) karena dianggap independent dan “bebas” dari aliran atau madzhab tertentu. Ini adalah salah satu bukunya yang membebaskan diri dari taqlid atau mengikuti madzhab tertentu. Tentu saja berbagai kajian yang ada didalamnya banyak didominasi oleh kinerja rasio (akal) sebagai satu-satunya sumber untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan mengkaji ilmu pengetahuan.
Tak hanya itu, Ibnu Rusyd juga sangat suka menerjemahkan buku-buku karya Aristoteles dan berkat keberhasilannya dalam menerjemahkan buku-buku karya Aristoteles (384-322 SM) sehingga beliau dijuluki sebagai asy-Syarih (commentator) di samping itu dunia seharusnya berterimakasih kepada Ibnu Rusyd karya berkat kerja kerasnya kita masih bisa menikmati karya Aeristoteles. Rupanya Ibnu Rusyd pun sangat peka terhadap masalah mengomentari karya sehingga ia pun mengomentari buku-buku Plato (429-347 SM), Nicolaus, Al-Farabi (874-950), dan Ibnu Sina (980-1037).
Begitulah sosok Ibnu Rusyd, sosok tekun dalam berkarya dan selalu bekerja keras untuk membarikan peninggalan yang terbaik bagi generasi berikutnya. Kematiannya patut kita tangisi mengingat jasa besar yang telah diberikan kepada kita.

Rabu,  28 Mei 2008
Sumber:  http://mataharitimur.blogspot.com/2008/05/mengenal-ibnu-rusyd-lebih-dekat-melalui.html?m=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar