Selasa, 29 Januari 2019

Sisi yang Paling Artistik dari Cinta

(Sebuah Telaah Atas Puisi Bairus Saliem Berjudul Demokrasi Cinta)
Oleh. Moh. Ghufron Cholid*

Kali ini saya memilih puisi karya Bairus Saliem berjudul Demokrasi Cinta,  sebuah puisi yang dilahirkan tahun 1999, berikut saya posting utuh puisi, agar bisa kita nikmati,
"Demokrasi Cinta"

Dari cinta aku lahir
Oleh cinta aku diasuh dan dibesarkan
Untuk cinta kemudian aku pulang ke asal aku diciptakan

Al Amien, 1999
Puisi yang dihadirkan dalam sebait berisi sebuah pengakuan tentang Cinta. Bahwa hakikatnya penyair lahir dari Cinta. Jika Nabi Adam diciptakan dari tanah maka generasi berikutnya lahir dari cinta. Cinta yang suci yang diawali restu dan doa-doa paling kasmaran.

Bisa juga kita maknai sejatinya kelahiran yang ingin dikenalkan penyair adalah kelahiran yang membahagiakan.
Kelahiran yang tak menimbulkan pengingkaran. Kelahiran yang jika diumumkan menumbuhkan rasa syukur baik dari pihak yang mengumumkan maupun yang menerima pengumuman kelahiran.
Bairus Salim​​ juga mengungkapkan bahwa penyair diasuh dan dibesarkan dengan cinta maka memandang hal demikian,  rasanya tidak berlebihan bila dikategorikan bahwa ibu madrasah pertama bagi pendidikan anak.
Bisa jadi lahirnya puisi ini sebagai bagian proses bersyukur penyair atas lahirnya ke dunia. Puisi ini pula menjadi semacam jalan ungkapan syukur,  sekaligus penegasan betapa bertuahnya cinta.
Bisa juga puisi ini berfungsi sebagai dalil tentang betapa pentingnya, cinta diperkenalkan sebagai urat nadi bagi kehidupan, agar tak ada lagi kelahiran yang terabaikan.
Di tangan Bairus Saliem dunia yang luas dirangkum dengan demikian padat dalam sebait. Jika membaca sampai tuntas puisi ini, kita seaman mendapat kode alam betapa pendidikan pesantren ikut andil dalam pembuatan puisi ini. Maknanya begitu dalam dan begitu tegas dalam pengakuan.
Puisi ini semacam mengandung saripati firman Allah yang menegaskan, "Tiap sesuatu pasti binasa kecuali Allah yang abadi."
Betapa prinsip ketawadluan dan ketaatan terlukis secara apik dalam puisi yang diperkenalkan oleh Bairus Saliem. Penyair telah melakukan takaran diksi yang seimbang. Barangkali tualang bathin seputar ilmu agama yang ditekuni telah meresap,  masuk menjadi tulang rusuk.
Semakin saya baca berulang puisi ini, semakin saya alami makna dari cinta yang kian dalam. Puisi ini dalam keterangbenderangan menyimpan makna yang artistik dari cinta.

Paopale Daya,  30 Januari 2019
*Pendiri Pesantren Penyair Nusantara di FB, yang juga penikmat puisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar