Jumat, 13 Maret 2020

MENYOAL KATA TERBAIK YANG MELEKAT DALAM BUKU KAU PERGI HIMPUNAN PUISI TERBAIK L.K. ARA


Oleh Moh. Ghufron Cholid

Temu Sastra Indonesia Malaysia di Bandung merupakan pertemuan pertama saya dengan buku L.K. Ara berjudul Kau Pergi Himpunan Puisi Terbaik yang dikata pengantari oleh Narudin Pituin.

Sebagai buku yang dijudul dilebeli terbaik, tentu bisa diberi beberapa kemungkinan, berarti selama menulis puisi L.K. Ara maka buku inilah adalah puisi terbaiknya, bagi saya sah-sah saja, pelebelan terbaik itu sebagai upaya menjadi pusat penasaran kita sebagai pembaca.

Ada yang mesti dipertaruhkan ketika kita melebelkan karya dengan kata terbaik, yakni harus jauh dari ketidak sempurnaan, baik dalam penyajian maupun dalam pemberian judul pada puisi-puisi yang ada dalam buku.

Memanglah benar ada kata-kata yang barangkali tak asing untuk didengar di telinga kita yakni apalah arti sebuah nama namun kita pun tak boleh mengabaikan atau pura-pura lupa bahwa penamaan adalah sangat penting sebab dari sebuah nama sesuatu bisa cepat dikenal.

Marilah kita mulai mengintimi puisi yang ada dalam buku ini yang isinya begini, cahaya merebak ke laut/dan laut malu tapi bahagia/dan kau tentu tahu aku di mana/memang tak nampak/karena wajahku tertutup ombak/tapi suara desir itu/adalah nyanyian pedih (hal, 20).

Barangkali sebagai sebuah karya, isinya bisa kita rasakan kehadirannya, kalau diletakkan dalam status facebook akan menjadi sangat lumrah, namun jika dimasukkan dalam buku yang dilebeli terbaik, tentu bisa dikatakan sangat berlebihan sebab terbaik memiliki makna paling dan sesuatu yang di dalamnya terdapat kekurangan tidak bisa dikatakan terbaik.

Namun saya menyaari tiap orang atau pembaca pastilah memiliki pandangan yang berbeda dan saya menyadari perbedaan adalah hikmah, amun di sini lain saya juga seorang pembaca yang berhak menyatakan ataupun mengungkap apa yang saa rasakan tentang kejanggalan yang saya temukan, paling tidak dari sudut pandang saya selaku pembaca.

Saya pun takkan mempersoalkan siapa yang lebih dulu melebelkan terbaik dalam buku itu, apakah penyairnya sendiri ataupun Narudin karena melebelkan kata terbaik dalam sebuah karya tentulah memiliki pandangan yang bisa dipertanggung jawabkan, namun jangan lupa dari suatu sudut pandang yang baik menurut kita belum tentu baik menurut orang lain, tersebab orang lain melihat suatu sudut yabg barangkali terluput dari pandangan kita, jendati kita telah mengintimi lebih akrab dan cermat.

Berikut saya hadirkan pandangan Narudin atas puisi karya L.K. Ara yang berada dalam buku yang dihadirkan tanpa judul, Narudin berkata, "Judul tak dibutuhkan lagi ketika perasaan telah demikian pekat. Bukankah kegelapan (kepekatan) tak diperlukan ketika matahari dini hari hendak terbit? bukankah cahaya dan kegelapan takkan berada dalam satu wadah? salah satu harus mau tak mau pasrah pada nasib untuk diusir?"

Pertanyaannya adalah bagaimana kita dapat mengenal sesuatu hanya mempercayakan pada perasaan saja, tanpa mengenal nama atau memberi nama. Barangkali jika berkaitan dengan hal individu bisa dimaklumi namun bagaimana cara memecahkan persoalan tersebut dengan khalayak.

Allah saja sebagai Tuhan Yang Maha Esa memperkenalkan namaNya terlebih kita hambaNya, sebab nama itu memegang peranan vital, tanpa nama seseorang belum bisa mengenal dengan baik. Manusia diangkat menjadi khalifah di bumi karena salah satunya manusia mampu memperkenalkan nama-nama (baca surat al-baqarah tentang penunjukan manusia sebagai khalifah).

Atau coba baca surat al-ikhlas yang menegaskan bahwa Tuhan itu satu. Bahwa Tuhan itu tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dengan kata lain semakin kita bisa hadirkan sebuah nama dengan segala kevitalannya untuk menjelaskan peran vitalnya.

Atau bahasa yang lebih sederhana jika kita ingin tahu rumah seseorang namun kita lupa nama orangnya atau alamatnya betapa kita takkan pernah menemukan. Atau jika kita kaitkan dengan zaman kekinian, zaman yang serba teknologi jika kita tidak menyematkan alamat atau nama secara benar di internet maka tentulah yang kita cari takkan pernah kita temui.

PENTINGNYA SEBUAH NAMA ATAU JUDUL

Sebagai manusia kita terkadang cendrung diburu penasaran jika kita ingin mengenal secara intim, misalkan kita hendak mencari sekolahan ternama yang telah menghasilkan murid-murid atau para mahasiswa yang membanggakan namun kita tak tahu namanya, atau yang kita tanya tak tahu namanya maka yang kita rasakan hanyalah ketersesatan.

Pernahkah kita ingin tahu sebuah nama atau sebuah alamat yang ingin kita ketahui secara tepat dan akurat, lalu kita mencari di sebuh internet maka ianyapun akan memperhatikan ejaan huruf yang ada dengan benar terlebih hanya berdasarkan terkaan yang didapat hanyalah kekecewaan.

Memberikan alasan demi alasan, hanya mengandalkan rabaan hati untuk mengetahui  segala yang kita rasakan untuk diketahui khalayak hanyalah tindakan konyol. Pengenalan kita tentulah berbeda dengan kita dan apa yang kita harapkan akan sangat sulit untuk sama dengan sudut pandang orang lain.

Bagi saya pemuatan kata terbaik dalam judul biku adalah terlalu terburu-buru kalau tidaknya disebut sangat konyol karen adanya pemuatan puisi tampa judul.

Terlepas dari itu semua, bagaimanapun buku ini telah lahir, saya ucapkan selamat menjadi saksi mata dan selamat mengapresiasi buku ini dari sudut pandang berbeda. Barangkali bisa dipertimbangkan lagi jika hendak menerbitkan biku di masa mendatang utamanya jika hendak menyematkan kata terbaik di judul buku.

Bandung, 21 September 2015